Selasa, 01 Mei 2012

Totto-chan itu anakku

          Memandangmu  dan bersamamu tiap hari merupakan berkat terindah dalam hidupku. Tak sanggup aku saat melihatmu sakit. Ingin rasanya aku menggantikannya, biar aku yang merasakan sakit itu daripada tubuh mungil itu. Vito"Pithong" nama panggilan sayang kami untuknya. Sekilas melihat anak ini biasa, tetapi jika diperhatikan sungguh luar biasa gerakannya, hal ini bukan karena aku sebagai ibunya yang menilainya melainkan sahabat-sahabatku yang melihatnya yang mengatakannya kepadaku, bahwa Vito ini lebih sedikit aktif dibandingkan dengan anak sebayanya. 
           Hari pertama masuk sekolah merupakan hari yang menyenangkan untuk Vito, sampai-sampai masih gelap sudah bangun karena ketidaksabarannya menunggu pagi untuk pergi ke sekolah. Saat pagi itu tiba kami mengantarnya ke sekolah barunya, dengan wajah yang sumringah menyambut sekolah barunya dan teman-teman barunya yang akan jadi teman bermainnya juga. Setelah mengikuti prosedur perpindahan kelas dari kelas I ke kelas II, akhirnya masuklah Vito ke kelas barunya, karena masih baru Vito hanya diam sambil melihat situasi. Setelah beberapa saat mengikuti pelajaran kebiasaanya untuk bergerak mulai muncul dengan menulis sambil berdiri, bukan di kursi duduknya. Sewaktu aku mengamatinya dari luar, aku memberinya isyarat untuk duduk sambil mendengarkan penjelasan dan perintah ibu guru kelasnya. Saat itu Vito kembali duduk, dan tidak sampai 1 menit anak itu sudah berdiri lagi. Setiap kali diberi isyarat pasti duduk dan tidak samapai hitungan 1 menit sudah berdiri lagi. Ternyata selama ini yang dibilang guru kelasnya sebelumnya benar bahwa Vito selalu mengerjakan tugasnya dengan cepat dan secepat itu pula mengganggu teman-temannya. Vito tidak bisa tenang, bergerak terus. Mungkin bisa dibilang saat tenangnya adalah saat tidur dan sakit. Wajahnya yang begitu imut kadang tidak percaya kialau anak ini gerakannya sungguh luar biasa. Apa saja yang menyita perhatiannya selalu dicoba, terkadang ada hal-hal yang membahayakan yang harus di awasi selama bermain. Seperti kejadian merobekkan baju teman sebangkunya si AGA, menggigit tangan SURYA, meninju perut Colin dan masih banyak lagi. Sebagai orangtuanya aku harus ekstra untuk memberi nasehat dan memberikan pengertian kepadanya. Sungguh tantangan yang luar biasa menjadi orangtua Pithong.
         Ada hal yang menarik perhatiannya atau hal baru yang menurutnya bagus pasti akan dicobanya. Seperti kejadian di Bus Way saat aku dan teman kampusku Umi mengantar temanku dari Laos dan suaminya jalan-jalan ke Malioboro, untuk pertama kalinya dia naik bus way. Pada awalnya tenang saat masuk dan duduk di kursi penumpang, seperti biasa menit-menit awal mempelajari situasi lapangan dan kemudian mulai beraksi. Hal yang menarik perhatiannya adalah holders yang dipakaiuntuk pegangan penumpang saat berdiri jika kursi sudah penuh. Hal pertama yang dibisikkan ditelingaku adalah "itu yang dipegang apa, ibu?" Lalu kujawab,"itu holder untuk pegangan penumpang jika kursi habis, jadi untuk pegangan selama berdiri". Karena penasarannya yang tinggi, dengan pelan dan pasti dia mulai bergeser tempat duduk menjauh dari pangkuanku. Mulai melihat kiri kanan dan karena merasa aman mulai berdiri diatas kursi sambil tangannya digerak-gerakkan di kaca. Aku awasi dia sambil memberikan kode untuk turun dan duduk tenang. Sepertinya penasarannya sangat tinggi sehingga tidak dihiraukannya isyarat yang kuberikan untuk duduk kembali. Dia mulai pura-pura memainkan tangannya di kaca. Setelah merasa aku tidak komplain, dia mulai membalikkan badannya menghadap ke arah aku dan Umi. Dia mulai atur strategi bagaimana caranya agar tangannya sampai ke holder. Kami tidak mengira akan secepat itu dia melakukan itu, sehingga sukses bergelantungan memegang holder yang sungguh menarik bagi dia.
           Banyak kejadian-kejadian yang kualami bersamanya. Sungguh luar biasa menjadi orang tua untuk anak yang luar biasa seperti dia. POithong adalah permata hatiku. Seperti kisah Totto-Chan dalam buku cerpennya Tetsuko Kuroyanagi. Gadis cilik yang luar biasa aktifnya seperti Pithongku sayang. Aku banyak belajar dari kisah Ibu Totto-chan yang tetap sabar dengan bakat luar biasa anaknya tersebut, tanpa mengeluh, tanpa menyalahkan kenakalannya(bagi orang lain) tetapi bagi ibunya itu dalah kelebihanya, demikian juga Pithongku. Aku ingin menjadi orang tua yang bisa dibanggakan Pithong dengan mengarahkan dan mendidiknya sebaik yang aku bisa. Tanpa menyalahkan anak apabila anak melakukan sesuatu hal yang menurutnya adalah hal yang baru yang menyita perhatiannya. Sebagai orangtua aku berusaha mengarahkan, apabila hal yang dilakukan terlalu berbahaya, langsung memberikan nasehat yang masuk akal sehingga anak bisa menerima secara logis.
Cerita ini sungguh merupakan pengalaman yang tak terlupakan yang aku alami bersama buah hatiku Pithong, Totto-chan itu Pithong anakku yang paling kusayangi. Sampai saat ini pun kalau mengikuti pelajaran atau menulis di kelas selalu berdiri.
"Ibu Tidak bertanggung jawab!"

"Ibu Tidak bertanggung Jawab! Kenapa tadi lupa memasukkan buku Pendidikan Karakter vito ke dalam tas Vito. Vito sudah persiapkan buku-buku untuk jadwal hari ini, tapi Ibu lupa, Ibu tidak bertanggung jawab!" Sesaat setelah Vito meneriakkan kalimat itu, membuatku tersadar, bahwa apa yang aku ucapkan betul-betul terekam dengan baik dalam pikiran anak ini. Aku sering mengatakan "Vito kamu tidak bertanggung jawab ya, membongkar mainan tidak dikembalikan, atau Vito, bagaimana ini kamu kok tidak tanggung jawab selesai makan piring dan gelasnya berantakan di meja." Hal ini membuatku berpikir, bahwa apakah semua yang aku ucapkan pada saat aku memberinya nasehat, pada saat aku berbicara dengan Ayahnya, atau pada saat aku kesal atau marah, semuanya di dengarkan oleh buah hatiku dan disimpannya dalam ingatannya. Aku tidak bisa membayangkan selam 7 tahun aku begitu menjaganya dari lingkungan di luar sana, padahal di dalam sendiri aku telah memberinya pengaruh (entah + atau -) yang secara tidak sengaja aku tanamkan dalam dirinya. Hal ini membuatku tersadar bahwa pengaruh negatif pada anak bukan semata-mata karena pengaruh pergaulan anak dengan lingkungan luar, melainkan dari dalam rumah juga yang harus dibenahi sejak dini sebelum semuanya terlambat. Cukup bagi Vito untuk merekam kata-kata "tidak bertanggung jawab" kini aku ingin merubahnya menjadi kata-kata positif yang akan dingatnya demi tumbuh dan kembangnya. Kata-kata negatif itulah yang harus dirubah seharusnya dirubah dengan "anak yang baik/hebat pasti tahu tugasnya, jika melakukan sesuatu yang ini nanti kamu begini lho.... atau kamu mau kalau nanti kamu jadi begini ...., dengan memberinya alternatif membuat dia berfikir hal mana yang akan dipilih dengan resiko seperti apa. Hal ini dirasa lebih baik dengan mengajari dan mendidik anak untuk berpikir kreatif, dengan tidak menutup kemungkinan akan kekreatifan anak. Mungkin bukan hanya aku saja mengalami hal ini mungkin banyak ibu-ibu yang mengalami hal yang sama, semoga pengalaman ini bisa memberikan pemikiran baru bagi ibu-ibu yang mempunyai anak yang sangat kreatif dan cerdas. Dengan mengubah kata-kata bermakna negatif dengan kata-kata positif.