Kamis, 23 Agustus 2012

proposal thesis

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DROP-OUT SISWA DI KABUPATEN MERAUKE






Nama : Bernadette Lasari Marsudirini
NIM : 11701251007
 Prodi : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang masalah
Salah satu hal yang menonjol dari abad XXI adalah kompetisi yang ketat dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka yang unggul dalam kemampuan teknologi, manajemen dan terutama kualitas sumber daya manusia (SDM) akan memegang  peranan penting dalam era tanpa batas ini. Sebaliknya, negara-negara yang terbelakang dalam tiga komponen tersebut akan tertatih-tatih, bahkan menjadi korban arus globalisasi. Dari tiga komponen itu, kualitas SDM merupakan faktor yang paling menetukan karena bersifat aktif. Berkualitasnya sumber daya manusia dapat diraih melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti: faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain sebagainya. Di antara sekian faktor tersebut, faktor ekonomi yang terwujud dalam biaya pendidikan merupakan faktor instrumental yang sangat penting dalam penyelengaraan pendidikan (di sekolah). Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Peranan biaya pendidikan sangat tidak dapat diabaikan, karena tanpa biaya proses pendidikan (di sekolah) tidak akan dapat berjalan dengan lancar.  
Selain biaya pendidikan yang perlu diperhatikan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, juga perlu didukung oleh pihak sekolah sendiri, pemerintah, dinas pendidikan, dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang lain dalam pendidikan. Salah satu upaya yang seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah, pemerintah, dinas pendidikan dan pemangku kepentingan (stakeholder) adalah memperhatikan, mencermati dan mencari solusi pencegahan terhadap drop-out yang terjadi pada institusi pendidikan.
Banyak anak usia sekolah khususnya pada usia sekolah dasar (SD) yang mengalami drop out. Pendidikan di sekolah dasar (SD) merupakan dasar dari keseluruhan jenjang pendidikan yang ada, dimana setiap peserta didik atau siswa harus melalui jenjang pendidikan dasar ini. Di Indonesia diterapkan wajib belajar 9 tahun yang terbagi atas 6 tahun pada sekolah dasar (SD) dan 3 tahun pada sekolah menengah pertama (SMP). Untuk sampai pada tingkat SMP, siswa harus melewati pendidikan di sekolah dasar. Jadi seharusnya seluruh anak Indonesia wajib menempuh pendidikan di SD dan SMP. Pada kenyataannya, masih banyak anak usia sekolah khususnya pada usia sekolah dasar yang tidak sampai lulus atau putus sekolah (drop out). Di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Merauke masih banyak anak usia sekolah dasar yang tidak lulus atau mengalami drop out.
Drop out merupakan suatu hal ironis yang terjadi di dalam masyarakat, jika dilihat dari banyaknya institusi pendidikan yang sering menggembor-gemborkan tentang life long learning/education (belajar/pendidikan seumur hidup). Fenomena kecil yang bisa kita lihat adalah sebagai berikut; banyak anak usia sekolah yang berada di jalanan pada saat jam sekolah; di Sekolah Dasar (SD) di daerah terpencil atau pedalaman Papua masih ada bangku yang kosong yang ditinggalkan siswa pada saat jam sekolah, adanya anak-anak usia sekolah yang lebih mementingkan bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka ketimbang harus duduk di kelas mendengarkan guru memberikan materi pelajaran, seperti berita yang ditulis di Kompas pada kamis 4 Agustus 2011, sedikitnya 2.574 anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Merauke Papua, tidak mengenyam bangku sekolah dasar (SD) sederajat. Dari jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Merauke, yakni 35.375 anak, jumlah siswa SD/MI/SDLB yang terdaftar sebagai siswa sebanyak 32.621 orang. Hal ini berarti tingkat drop out di Kabupaten Merauke perlu mendapat penanganan dan perhatian serius dari pihak sekolah, pemerintah, dinas pendidikan dan para pemangku kepentingan pendidikan untuk mencegah terjadinya drop out yang lebih tinggi lagi.
Faktor ketidakmampuan membiayai sekolah secara ekonomi jadi penyebab paling dominan putus sekolah. Kenyataan itu dibuktikan dengan tingginya angka rakyat miskin di Indonesia, yang anaknya tidak bersekolah atau putus sekolah karena tidak ada biaya. Walaupun pemerintah telah memberikan anggaran 20% bagi dunia pendidikan bukan berarti pendidikan di Negara kita telah merata. Wajah dunia pendidikan menyisakan banyak pekerjaan rumah dan masalah, salah satunya adalah masih banyaknya anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Slogan pendidikan gratis memang semurninya tidaklah gratis, di satu sisi anak-anak mempunyai motivasi yang besar dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah namun di lain pihak anak-anak terpaksa harus putus sekolah  karena tidak sanggup membiayai sekolahnya karena alasan ekonomi. Dalam konteks tersebut bagi Provinsi Papua khususnya Kabupaten Merauke, hal ini merupakan fenomena yang menarik untuk dianalisa karena sangat tidak relevan dengan prinsip otonomi khusus yang notabene dalam Otsus rakyat Papua diberi kebebasan untuk mengatur dan mengurus diri sendiri, sekaligus pula berarti kebebasan untuk menjalankan pemerintahan sendiri dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam Papua untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Papua. Seperti yang dikemukakan oleh Russel dalam bukunya Dropping Out (Why students drop out of high school and what can be done about it) bahwa faktor ekonomi/finansial mempengaruhi tingkat drop out siswa (2011, 4). Pada bussiness and economics journal in Punjab dikatakan bahwa kemiskinan (poverty) mempengaruhi siswa tidak melanjutkan sekolah (2010, 1). Dalam Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, yang berjudul The Impact of Multiple Factors on Dropout Trend in Government Primary Schools in District Mardan, dikatakan bahwa drop out dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah poverty yang menyebabkan orangtua tidak menyekolahkan anaknya (2011, 893).
Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, yang orang-tuanya tidak bekerja yang hanya mengandalkan pada alam untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, biarpun mereka mendapat pendidikan gratis mereka lebih memilih untuk membantu ekonomi keluarga mereka untuk bertahan hidup, ditambah jumlah anak dalam keluarga itu banyak. Seperti masyarakat yang terdapat di daerah pedalaman Papua yang tinggal disekitar pesisir pantai mereka lebih  memilih menjaring ikan di laut daripada harus pergi ke sekolah. Dengan pergi ke sekolaha tidak menjamin mereka bisa makan pada hari itu. Faktor ekonomi keluarga sangat menentukan tingkat drop out.
Di daerah pedalaman Papua masih terdapat sekolah-sekolah yang letaknya sangat jauh dari tempat tinggal siswa. Sebagai contoh dalam satu distrik/kecamatan terdapat hanya 1 atau 2 sekolah. Jadi jarak tempuh juga mempengaruhi siswa untuk datang terlambat ke sekolah. Ditambah lagi pada saat musim penghujan, dimana daerah Papua khususnya daerah Merauke yang mempunyai jenis tanah berlumpur, sehingga membuat siswa lebih sulit lagi untuk menempuh jalan yang dilalui untuk ke sekolah yang sebagian besar jalan yang ada di daerah pedalaman belum diaspal. Sering terjadinya jalan yang rusak atau putus, mempengaruhi tingkat kehadiran siswa di sekolah. Sehingga hal ini mempengaruhi keenganan siswa untuk datang ke sekolah. Dengan angka kumulatif ketidakhadiran yang sangat tinggi membuat siswa tidak naik kelas karena ketinggalan pelajaran dan absensi yang tinggi. Seringnya tidak naik kelas membuat siswa putus sekolah.
Sekolah yang terdapat di daerah Papua khususnya di pedalaman Merauke masih sangat terbatas dalam hal sarana prasarana dan jumlah tenaga pendidik dan pengajarnya juga masih kurang. Seiring dengan berjalannya proses belajar mengajar, guru-guru yang sudah lama mengabdi harus memasuki masa pensiun. Hal ini membuat guru di sekolah akan berkurang. Sedangkan guru-guru yang bersedia mengabdi di daerah pedalaman sangatlah kecil, hal ini yang menimbulkan ada beberapa tenaga pengajar yang ada berasal dari bukan kependidikan. Disamping itu kondisi sekolah yang kurang menyenangkan membuat siswa enggan untuk masuk sekolah. Kurangnya sarana prasarana dapat menyebabkan kondisi sekolah tidak menyenagkan saat proses belajar mengajar, yang berujung pada minat siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas dan hadir di sekolah. Seperti yang dikatakan Syeh Wajid, bahwa insufficient school building and physical facilities cause students to drop ou. (2011, 896).
Fenomena lain yang terjadi adalah anak yang drop out bukan hanya dari kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah melainkan dari kalangan yang mampu secara finansial. Hal itu disebabkan karena kondisi orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna pentingnya pendidikan juga jadi penyumbang terhadap kemungkinan putus sekolah sang anak. Faktor lain adalah kondisi keluarga anak, di mana perhatian orangtuanya kurang, juga merupakan penyebab kasus anak putus sekolah jadi tinggi. Rendahnya minat orang tua terhadap pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor pribadi (tingkat kesadaran), faktor ekonomi, faktor sosial budaya (social culture), dan faktor letak geografis sekolah. Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Peserta didik selalu melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Russel mengemukakan faktor kedua yang menentukan drop out adalah faktor demografi dengan melihat karakteristik siswa dari ras, suku, bahasa, siswa yang berasal dari keluarga miskin, dan yang tinggal dengan orang tua tunggal, (Russel, 1 - 9). Dalam International Journal of Education, kebutuhan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi siswa drop out (2011, 5)
Siswa yang berkemampuan rendah cenderung tinggi tingkat drop out-nya. Hal ini dapat dilihat bahwa prestasi rendah yang diperolehnya selama mengikuti proses pembelajaran secara terus-menerus akan mempengaruhi motivasi siswa untuk bertahan melanjutkan studinya dengan alasan  bahwa semakin lama mengikuti proses belajar mengajar berarti harus mengejar materi yang ketinggalan/yang belum dikuasainya atau bahkan malah akan membuatnya enggan untuk datang ke sekolah karena prestasi yang dicapai tidak ada perubahan. Seperti yang dikemukakan Russel W. Rumberger bahwa prestasi akademik yang lemah/rendah adalah prediktor yang kuat terhadap drop out, ( 2011).
B.     Identifikasi Masalah
Dari latar belakang permasalahan dapat diidentifikasi permasalahan yang ada adalah :
1.      Masih adanya anak usia Sekolah Dasar (SD) yang tidak sekolah(putus sekolah) di Kabupaten Merauke.
2.      Belum optimalnya penangan dan pencegahan terhadap siswa drop out di Kabupaten Merauke.
3.      Masih minimnya pengetahuan orang tua siswa dan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi anak.
C.     Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian
Mengingat luasnya wilayah penelitian dengan melihat keadaan geografis, dukungan partisipasi masyarakat, kebijakan pemerintah, dan status sosial ekonomi masyarakat, maka untuk mendapat fokus yang lebih tajam, permasalahan dibatasi :
1.      Pada lingkup drop out siswa SD Kabupaten Merauke,
2.      Faktor latar belakang keluarga siswa: (a) pendidikan orang tua, (b) penghasilan orang tua, (c) jumlah orang tua (d) jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah anak,
3.      Faktor siswa: (a) jenis kelamin, (b) prestasi akademik, (c) Absensi/Ketidakhadiran di kelas,
4.      Faktor cara sampai sekolah: (a) jarak tempuh sekolah dari tempat tinggal, (b) alat transportasi yang digunakan untuk sekolah,
5.      Faktor tempat tinggal siswa; (a) siswa tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain, (b) lingkungan sekitar tempat tinggal siswa,
6.      Faktor sekolah: (1) sarana prasarana, (2) jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai tenaga pengajar di Sekolah Dasar (SD).
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Faktor apakah yang kuat menyebabkan drop out siswa SD di kabupaten Merauke?
2.      Apakah faktor latar belakang keluarga siswa  (X1) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
3.      Apakah faktor siswa (X2) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
4.      Apakah faktor cara sampai sekolah (X3) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
5.      Apakah faktor tempat tinggal siswa (X4) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
6.      Apakah faktor sekolah (X5) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
E.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujun untuk mengetahui:
1.      Faktor yang kuat menyebabkan terjadinya drop out pada siswa SD di kabupaten Merauke.
2.      Faktor latar belakang keluarga siswa (X1) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
3.      Faktor siswa (X2) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
4.      Faktor cara sampai sekolah (X3) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
5.      Faktor tempat tinggal siswa (X4) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
6.      Faktor sekolah (X5) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
F.      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi.
1.      Pemerintah Kabupaten Merauke dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Pengajaran: dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan dasar untuk melakukan upaya pencegahan terjadinya drop out pada siswa SD di Kabupaten Merauke.
2.      Pihak sekolah: dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan  dalam membuat kebijakan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya drop out pada siswa SD di Sekolah.
3.      Pihak tenaga pengajar dan pendidik: sebagai bahan masukan dalam memahami karakter anak didik/peserta didik, sehingga bisa mencegah secara dini terjadinya drop out.
4.      Masyarakat (Orang tua siswa) dan stakeholder lainnya yang konsen terhadap pendidikan: dengan membaca hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan  pemahaman mereka terhadap pentingnya pendidikan bagi anak sehingga diharapkan tidak terjadi lagi drop out pada anak usia sekolah. 
5.      Peneliti lainnya: dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam penulisan/penelitian berikutnya.










BAB II
 LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
1.      Pengertian drop out.
Pengertian drop out menurut Morrow (1986) dalam International Journal of Education (2011, 4):
“A dropout is any student previously enrolled in a school, who is no longer actively enrolled as indicated by fifteen days of consecutive unexcused absences, who has not satisfied local standarts for graduation, and for whom no formal request has been received signifying enrolment in another state-licensed educational institution. A student death is not tallied as a dropout.”
Dapat dikatakan bahwa seorang yang drop-out/putus sekolah adalah siswa yang sebelumnya masuk sekolah (aktif), yang keaktifannya saat masuk sekolah ditandai 15 hari berturut-turut absen(tidak masuk tanpa keterangan), yang tidak memenuhi standar kelulusan setempat, dan untuk siapa yang tidak ada permintaan resmi telah diterima/mendaftar di lembaga negara lain. Orang yang meninggal dikatakan bukan putus sekolah.
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mendefinisikan drop out adalah: “A drop out as a student who leaves a specific level of education system without achieving first qualification. Menurut UNESCO, “dropping out or early school leaving is understood as leaving schooleducation without completing the started cycle or program.”
Pengertian drop out menurut Russel dalam bukunya.... (belum disalin)
2.      Faktor-faktor yang menyebabkan drop out.
Berdasarkan penjelasan dalam BAB I faktor-faktor yang  merujuk pada penyebab drop out terdapat 5 faktor yaitu: (1) faktor latar belakang keluarga siswa terdiri dari:  (a) pendidikan orang tua, (b) penghasilan orang tua, (c) jumlah orang tua (d) jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah anak, (2) faktor siswa terdiri dari: (a) jenis kelamin, (b) prestasi akademik, (c) Absensi/Ketidakhadiran di kelas, (3) faktor cara sampai sekolah terdiri dari: (a) jarak tempuh sekolah dari tempat tinggal, (b) alat transportasiyang digunakan untuk sekolah, (4) faktor tempat tinggal siswa; (a) siswa tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain, (b) lingkungan sekitar tempat tinggal siswa, (5) faktor sekolah: (1) sarana prasarana, (2) jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai tenaga pengajar di sekolah dasar (SD).
3.      Karakteristik siswa Sekolah Dasar.
Pengertian karakteristik siswa Sekolah Dasar diambil dari buku Perkembangan Anak, John W. Santrock Jilid 1 dan 2, Humans Developing (a lifespan perspective), Robert Kastenbaum.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri  melalui  proses  pembelajaran  yang  tersedia  pada  jalur,  jenjang,  dan  jenis pendidikan tertentu. (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun.
4.      Prestasi belajar siswa.
Pengertian prestasi belajar siswa. (diambil dari buku ....)
B.     Kajian Penelitian yang Relevan
Dalam International Journal of Education Develoment oleh Keith M. Lewin dan Angela W. Little dikemukakan bahwa ada banyak alasan mengapa siswa berhenti untuk pergi ke sekolah (drop out). Alasan yang paling banyak dan umum adalah faktor kurang sukanya pergi sekolah, biaya, jarak, kehamilan dan faktor harus mengulang materi yang belum tuntas atau tertinggal. Mereka yang mengalami putus sekolah mungkin disebabkan oleh prestasi yang rendah, ketidakhadiran (absensi), sakit dan masalah di rumah menurut Hadley ( 2011). 
Dalam Journal Issue: America's High Schools Volume 19 Number 1 Spring 2009 oleh John H. Tyler Magnus Lofstrom pada penelitiannya yang berjudul Finishing High School: Alternative Pathways and Dropout Recovery dikatakan bahwa:
“Students' family background greatly affects their educational outcomes and is commonly viewed as the most important predictor of schooling achievement.33 Among the strongest family domain dropout predictors are parental education, occupation, and income—in other words, socioeconomic status.34 Although students who need to take a job to help out the family are more likely to drop out of school, Stephen Cameron and James Heckman find that long-run factors associated with parental background and family environment matter the most for students' schooling progress, including graduation from high school.35 These long-run factors may partially reflect parental involvement in school and the greater human capital investment in children's education in relatively well-to-do families.36 Family stability, reflected in both family structure and school mobility, has also been linked to quitting school.37 Potentially important, but less well-researched, are the roles played by family preferences, and attitudes, and how well families are informed about the importance of education in modern society.”
Dari pernyataan tersebut latar belakang keluarga siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi sekolah siswa dimana faktor yang paling kuat mempengaruhi drop out  adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan atau penghasilan orang tua.
Juga dikatakan:
“Out-of-school work also affects the probability of dropping out. Several studies find that students who work while in school are more likely to drop out.30 A closer look reveals, however, that working a few hours a week has no negative effect and may even have a positive effect on graduating.31 The negative effect appears with intensive work involvement— more than twenty hours a week—and with certain types of jobs.32 The effects also vary by gender, race, and ethnicity. Clearly some students who work do not do so voluntarily but as a result of a family situation.”
Bahwa bekerja diluar waktu sekolah mempengaruhi drop out. Beberapa penelitian menemukan bahwa siswa yang sekolah sambil bekerja lebih dari 24 jam seminggu dan pada jenis pekerjaan tertentu mempunyai kemungkinan tinggi untuk drop out. 
C.     Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,  rumusan masalah dan beberapa kajian penelitian yang relevan, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah drop out siswa SD di Kabupaten merauke mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.      X1 faktor latar belakang keluarga siswa :
a.       Pendidikan orang tua,
b.      Penghasilan orang tua,
c.       Jumlah orang tua,
d.      Jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah anak,
2.      X2 faktor siswa :
a.       Jenis kelamin,
b.      Prestasi akademik,
c.       Absensi/Ketidakhadiran di kelas.
3.      X3 faktor cara sampai sekolah :
a.       Jarak tempuh sekolah dari tempat tinggal,
b.      Alat transportasiyang digunakan untuk sekolah.
4.      X4 faktor tempat tinggal siswa :
a.       Siswa tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain,
b.      Lingkungan sekitar tempat tinggal siswa.
5.      X5 faktor sekolah :
a.       Sarana prasarana,
b.      Jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai tenaga pengajar di sekolah dasar (SD).
Dan dari ke 5 faktor tersebut kemudian di analisis faktor mana yang paling kuat meyebabkan terjadinya drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
D.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
Hipotesi 1:
H0 : Faktor faktor latar belakang keluarga siswa (X1) tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H1 : Faktor faktor latar belakang keluarga siswa (X1) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi 2:
H0 : Faktor faktor siswa (X2) tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H2  : Faktor faktor siswa (X2) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi 3 :
H0 : Faktor faktor cara sampai sekolah (X3)  tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H3  : Faktor faktor cara sampai sekolah (X3) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi 4 :
H0 : Faktor faktor tempat tinggal siswa (X4) tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H4  : Faktor faktor tempat tinggal siswa (X4) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi  5 :
H0 : Faktor faktor sekolah (X5) tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H5  : Faktor faktor sekolah (X5) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.










BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Desain Penelitian
Berdasarkan judul penelitian, latar belakang permasalahan, jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode ex post facto.  Penelitian ini termasuk dalam penelitian ex post facto, karena mengkaji variabel bebas yang telah terjadi sebelumnya dalam hal ini peneliti tidak mengkontrol variabel bebas, peneliti tidak memberikan perlakuan apapun.
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD-SD di Kabupaten Merauke. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Pebruari 2013.
C.     Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa drop out SD di Kabupaten Merauke, sedangkan sampel dari penelitian ini akan diambil siswa-siswa drop out di SD yang mempunyai jumlah siswa drop out yang tinggi, dimana sekolah-sekolahnya dipilih mewakili SD-SD Negeri, SD-SD yang dikelola Yayasan. Dalam hal ini di Kabupaten Merauke ada 3 Yayasan yang bekerjasama mengelola lembaga pendidikan yaitu: Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK), Yayasan Pendidikan Kristen (YPK), dan Yayasan Sekolah Islam yaitu Yayasan Muhamadiyah.


D.    Variabel Penelitian
Berdasarkan penjelasan dari Bab I, variabel dalam penelitian ini terdiri atas 5 variabel yaitu variabel X1 Faktor latar belakang keluarga siswa, X2 faktor siswa, X3 faktor cara sampai sekolah, X4 faktor tempat tinggal sisw, X5 faktor sekolah.
Data atau informasi mengenai ke 5 variabel tersebut diambil dari data siswa drop out di SD yang jumlah siswa drop out-nya banyak di wilayah Kabupaten Merauke yang telah dipilih menjadi sampel penelitian yang juga mewakili SD Negeri dan SD yang dikelola Yayasan .
E.     Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut dilakukan dengan cara mendatangi seluruh SD yang telah dipilih sebagai sample, yang kegiatan sebelumnya diawali dengan melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke, kemudian menyampaikan maksud, tujuan penelitian beserta izin penelitian dan meminta surat rekomendasi ke SD-SD untuk pengambilan data-data.
Instrumen pengumpulan data; data dalam penelitian ini secara garis besar bersifat sekunder yang didapat dari data administrasi SD-SD di Kabupaten Merauke, data sekunder ini adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari responden. Data yang bersifat sekunder antara lain:  pendidikan orang tua siswa drop out, penghasilan orang tua siswa drop out, jumlah orang tua siswa drop out, jumlah tanggungan/jumlah anak dalam keluarga siswa drop out, jenis kelamin siswa drop out, prestasi akademik siswa drop out, Absensi/Ketidakhadiran siswa drop out di kelas, jarak tempuh sekolah dari tempat tinggal siswa drop out, alat transportasi yang digunakan siswa drop out untuk sekolah, siswa drop out tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain, lingkungan sekitar tempat tinggal siswa drop out, sarana prasarana sekolah, jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai tenaga pengajar di sekolah dasar (SD) tempat siswa drop out terdaftar sebagai peserta didik.
F.      Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas konstruk, secara empirik diperoleh dengan menggunakan analisis faktor (factor analysis). Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah variabel latent atau faktor yang mendasari suatu set butir-butir, menafsirkan variasi butir-butir dengan faktornya, dan mendefinisikan subsatansi atau arti dari faktor serta menemukan variabel yang mendukung faktor yang dihasilkan. Dari hasil analisis akan diperoleh butir-butir yang valid dan yang gugur, butir-butir yang gugur dibuang atau diperbaiki.
Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas konstruk karena instrumen penelitian yang digunakan berbentuk non tes. Faktor-faktor yang masuk dalam instrumen penelitian ini adalah faktor-faktor yang diambil dari teori-teori yang digunakan. 


G.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis instrumen dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor, dan analisis data menggunakan regresi.
Teknik analisis instrumen menggunakan analisis faktor dengan bantuan komputer program SPSS 19. Untuk analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan setelah ditentukan variabel-variabel yang akan dianalisis. Dalam analisis faktor menghendaki bahwa matrix data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor. Jika berdasarkan data visual tidak ada nilai korelasi yang diatas 0.3, maka analisis faktor tidak bisa dilakukan.
Tahap perhitungannya adalah sebagai berikut:
1.      Uji KMO (The Kaiser Myer-olkin)
Syarat uji KMO dilanjutkan ke analisis faktor jika hasil uji KMO di atas 0.50. Jika hasil uji KMO kurang dari 0.50 maka harus dilihat anti image matrixnya untuk menentukan variabel mana saja yang harus dibuang atau dikeluarkan agar dapat dilakukan analisis faktor.
2.      Analisis faktor (factor analysis)
Dari hasil uji KMO, jika sudah memenuhi syarat langsung dilakukan analisis faktor. Kemudian dari hasil uji KMO langsung yang menunjukkan nilainya diatas 0.50 dan atau hasil dari proses mengeluarkan variabel yang memiliki nilai korelasi terkecil akan didapatkan hasil ekstraksi komputer menjadi (...) faktor (dilihat dari nilai eigen value > 1 menjadi faktor). Akan terlihat faktor yang eigen valuenya > 1 mampu menjelaskan (...)% variasi.
3.      Rotasi faktor (Factor Rotation)
Alat terpenting untuk intepretasi terhadap faktor adalah rotasi faktor. Dimana tujuan rotasi faktor ini untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi yaitu: (Imam Ghozali, 2001)
a.)    Rotasi orthogonal
Rotasi orthogonal  yaitu memutar sumbu 900. Rotasi jenis ini cocok dipakai untuk tujuan penelitian yang ingin mengurangi jumlah variabel asli (awal).
b.)    Rotasi Oblique
Rotasi Oblique yaitu memutar sumbu kekanan tetapi tidak harus 900. Jika tujuan penelitian ingin mendapatkan faktor atau konstruk yang sesuai dengan teori, maka rotasi yang dipilih  sebaiknya adalah Rotasi Oblique.
Dalam pemilihan jenis rotasi tidak ada aturan khusus. Pemilihan metode rotasi didasarkan pada kebutuhan khusus masalah penelitian.
Dengan melihat component matrix dan varimatrix rotated component matrix akan terlihat jelas variabel-variabel apa saja yang mengelompok menjadi satu. Kemudian variabel-variabel yang mengelompok menjadi satu faktor dapat diberi nama dengan variabel baru. Untuk pemberian nama baru untuk masing-
masing faktor bersifat subyektif. Kadang-kadang variabel yang memiliki yang memiliki nilai factor loading tertinggi diggunakan untuk memberi nama faktor.




















DAFTAR PUSTAKA
Argyris Kyridis, Eleni Tsakiridou, Christos Zagkos, et al. (2011) Educational Inequalitiesand School Dropout in Greece. International Journal of Education, 3, 1-15.
Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan nasional.
Economic challenger. (28 Oktober 2010). An Analysis of Drop Out Rates of School Children in Punjab. Ajmer India.
Kastenbaum R. (1978) Humans Developing. Boston. Allyn and Bacon, Inc.
Lewin Keith M. & Little Angela W. (2011)Acess to education revisited: Equity, drop out and transitions to secondary shool in South Asia and Sub-Saharan Africa, International Journal of Education Development: 31,333
Lofstrom J. H. Tyler Magnus  (2009) Finishing High School: Alternative Pathways and Dropout Recovery, Journal Issue: America's High Schools, 1.
Rumberger Russell W. (2011). Dropping Out (Why students drop out of high school and what can be done about it). Cambridge: Harvard University Press.
Santrock J.W. (2007) Child Development. Dallas. University of Texas.
Seifert K.L. & Hoffnung R.J. (1987) Child and Adolescent Development. Boston. Houghton Mifflin Company.
Syed Wajid Ali Shah, Syed Muhammad Amir, Dr.Sajjad Hayat Akhtar, et al. (2011). The Impact of Multiple Factors on Dropout Trend in Government Primary Schools in District Mardan, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 3, 893-900.







































Tidak ada komentar:

Posting Komentar