ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DROP-OUT SISWA DI KABUPATEN MERAUKE
Nama : Bernadette
Lasari Marsudirini
NIM :
11701251007
Prodi :
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang masalah
Salah satu hal yang menonjol dari
abad XXI adalah kompetisi yang ketat dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka
yang unggul dalam kemampuan teknologi, manajemen dan terutama kualitas sumber
daya manusia (SDM) akan memegang peranan penting dalam era tanpa batas ini.
Sebaliknya, negara-negara yang
terbelakang dalam tiga komponen tersebut akan tertatih-tatih, bahkan menjadi korban arus globalisasi. Dari tiga komponen itu,
kualitas SDM merupakan faktor yang paling
menetukan karena bersifat aktif. Berkualitasnya sumber daya
manusia dapat diraih melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, banyak faktor yang
mempengaruhinya, seperti: faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain
sebagainya. Di antara sekian faktor tersebut, faktor ekonomi yang terwujud
dalam biaya pendidikan merupakan faktor instrumental yang sangat penting dalam
penyelengaraan pendidikan (di sekolah).
Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, biaya pendidikan memiliki
peranan yang sangat menentukan. Peranan biaya pendidikan sangat tidak dapat
diabaikan, karena tanpa biaya proses pendidikan (di sekolah) tidak akan dapat berjalan
dengan lancar.
Selain biaya pendidikan yang perlu
diperhatikan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan untuk mendapatkan sumber
daya manusia yang berkualitas, juga perlu didukung oleh pihak sekolah sendiri,
pemerintah, dinas pendidikan, dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang lain dalam pendidikan. Salah satu upaya yang
seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah, pemerintah, dinas pendidikan dan
pemangku kepentingan (stakeholder) adalah memperhatikan, mencermati dan mencari
solusi pencegahan terhadap drop-out
yang terjadi pada institusi pendidikan.
Banyak anak usia sekolah khususnya
pada usia sekolah dasar (SD) yang mengalami drop
out. Pendidikan di sekolah dasar (SD) merupakan dasar dari keseluruhan
jenjang pendidikan yang ada, dimana setiap peserta didik atau siswa harus
melalui jenjang pendidikan dasar ini. Di Indonesia diterapkan wajib belajar 9
tahun yang terbagi atas 6 tahun pada sekolah dasar (SD) dan 3 tahun pada
sekolah menengah pertama (SMP). Untuk sampai pada tingkat SMP, siswa harus
melewati pendidikan di sekolah dasar. Jadi seharusnya seluruh anak Indonesia
wajib menempuh pendidikan di SD dan SMP. Pada kenyataannya, masih banyak anak
usia sekolah khususnya pada usia sekolah dasar yang tidak sampai lulus atau
putus sekolah (drop out). Di beberapa
daerah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Merauke masih banyak anak usia
sekolah dasar yang tidak lulus atau mengalami drop out.
Drop out merupakan
suatu hal ironis yang terjadi di dalam masyarakat, jika dilihat dari banyaknya
institusi pendidikan yang sering menggembor-gemborkan tentang life long learning/education
(belajar/pendidikan seumur hidup). Fenomena kecil yang bisa kita lihat adalah
sebagai berikut; banyak anak usia sekolah yang berada di
jalanan pada saat jam sekolah; di Sekolah Dasar (SD) di daerah terpencil atau pedalaman
Papua masih ada bangku yang kosong yang ditinggalkan siswa pada saat jam
sekolah, adanya anak-anak usia sekolah yang lebih mementingkan bekerja untuk
mencukupi kebutuhan mereka ketimbang harus duduk di kelas mendengarkan guru
memberikan materi pelajaran, seperti berita yang
ditulis di Kompas pada kamis 4
Agustus 2011, sedikitnya 2.574 anak usia sekolah dasar 7-12 tahun di Merauke
Papua, tidak mengenyam bangku sekolah dasar (SD) sederajat. Dari jumlah
penduduk usia 7-12 tahun di Merauke, yakni 35.375 anak, jumlah siswa SD/MI/SDLB
yang terdaftar sebagai siswa sebanyak 32.621 orang. Hal ini berarti tingkat drop out di Kabupaten Merauke perlu mendapat penanganan dan perhatian
serius dari pihak sekolah, pemerintah, dinas
pendidikan dan para pemangku kepentingan pendidikan untuk mencegah terjadinya drop out yang lebih tinggi lagi.
Faktor ketidakmampuan membiayai sekolah secara ekonomi
jadi penyebab paling dominan putus sekolah. Kenyataan itu dibuktikan dengan
tingginya angka rakyat miskin di Indonesia, yang anaknya tidak bersekolah atau
putus sekolah karena tidak ada biaya. Walaupun pemerintah telah memberikan anggaran 20% bagi dunia pendidikan
bukan berarti pendidikan di Negara kita telah merata. Wajah dunia pendidikan
menyisakan banyak pekerjaan rumah dan masalah, salah satunya adalah masih
banyaknya anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Slogan pendidikan gratis
memang semurninya tidaklah gratis, di satu sisi anak-anak mempunyai motivasi
yang besar dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah namun di lain pihak
anak-anak terpaksa harus putus sekolah
karena tidak sanggup membiayai sekolahnya karena alasan ekonomi. Dalam konteks tersebut bagi Provinsi Papua
khususnya Kabupaten Merauke, hal ini merupakan fenomena yang menarik untuk dianalisa karena sangat tidak relevan
dengan prinsip otonomi khusus
yang notabene dalam Otsus rakyat
Papua diberi kebebasan untuk
mengatur dan mengurus diri sendiri, sekaligus
pula berarti kebebasan untuk menjalankan pemerintahan sendiri dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam Papua untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Papua. Seperti yang dikemukakan oleh Russel dalam bukunya Dropping Out (Why students drop out of high school and what can be done
about it) bahwa faktor ekonomi/finansial mempengaruhi tingkat drop out siswa (2011, 4). Pada bussiness and economics journal in Punjab dikatakan
bahwa kemiskinan (poverty)
mempengaruhi siswa tidak melanjutkan sekolah (2010, 1). Dalam Interdisciplinary
Journal of Contemporary Research in Business, yang berjudul The Impact of
Multiple Factors on Dropout Trend in Government Primary Schools in District
Mardan, dikatakan bahwa drop out
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah poverty yang menyebabkan orangtua tidak menyekolahkan anaknya (2011, 893).
Siswa yang berasal dari
keluarga kurang mampu, yang orang-tuanya tidak bekerja yang hanya mengandalkan
pada alam untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, biarpun mereka mendapat pendidikan
gratis mereka lebih memilih untuk membantu ekonomi keluarga mereka untuk
bertahan hidup, ditambah jumlah anak dalam keluarga itu banyak. Seperti masyarakat
yang terdapat di daerah pedalaman Papua yang tinggal disekitar pesisir pantai
mereka lebih memilih menjaring ikan di
laut daripada harus pergi ke sekolah. Dengan pergi ke sekolaha tidak menjamin
mereka bisa makan pada hari itu. Faktor ekonomi keluarga sangat menentukan
tingkat drop out.
Di daerah pedalaman Papua
masih terdapat sekolah-sekolah yang letaknya sangat jauh dari tempat tinggal
siswa. Sebagai contoh dalam satu distrik/kecamatan terdapat hanya 1 atau 2
sekolah. Jadi jarak tempuh juga mempengaruhi siswa untuk datang terlambat ke sekolah.
Ditambah lagi pada saat musim penghujan, dimana daerah Papua khususnya daerah
Merauke yang mempunyai jenis tanah berlumpur, sehingga membuat siswa lebih
sulit lagi untuk menempuh jalan yang dilalui untuk ke sekolah yang sebagian
besar jalan yang ada di daerah pedalaman belum diaspal. Sering terjadinya jalan
yang rusak atau putus, mempengaruhi tingkat kehadiran siswa di sekolah.
Sehingga hal ini mempengaruhi keenganan siswa untuk datang ke sekolah. Dengan
angka kumulatif ketidakhadiran yang sangat tinggi membuat siswa tidak naik
kelas karena ketinggalan pelajaran dan absensi yang tinggi. Seringnya tidak
naik kelas membuat siswa putus sekolah.
Sekolah yang terdapat di
daerah Papua khususnya di pedalaman Merauke masih sangat terbatas dalam hal
sarana prasarana dan jumlah tenaga pendidik dan pengajarnya juga masih kurang.
Seiring dengan berjalannya proses belajar mengajar, guru-guru yang sudah lama
mengabdi harus memasuki masa pensiun. Hal ini membuat guru di sekolah akan
berkurang. Sedangkan guru-guru yang bersedia mengabdi di daerah pedalaman
sangatlah kecil, hal ini yang menimbulkan ada beberapa tenaga pengajar yang ada
berasal dari bukan kependidikan. Disamping itu kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan membuat siswa enggan untuk masuk sekolah. Kurangnya sarana
prasarana dapat menyebabkan kondisi sekolah tidak menyenagkan saat proses
belajar mengajar, yang berujung pada minat siswa untuk mengikuti pelajaran di
kelas dan hadir di sekolah. Seperti yang dikatakan Syeh Wajid, bahwa insufficient school building and physical
facilities cause students to drop ou. (2011, 896).
Fenomena lain yang terjadi adalah anak yang drop out bukan hanya
dari kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah melainkan dari
kalangan yang mampu secara finansial. Hal itu disebabkan karena kondisi orangtua yang tidak begitu memperhatikan
pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna pentingnya pendidikan
juga jadi penyumbang terhadap kemungkinan putus sekolah sang anak. Faktor lain
adalah kondisi keluarga anak, di mana perhatian orangtuanya kurang, juga
merupakan penyebab kasus anak putus sekolah jadi tinggi. Rendahnya minat orang tua
terhadap pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor pribadi
(tingkat kesadaran), faktor ekonomi, faktor sosial budaya (social culture),
dan faktor letak geografis sekolah. Faktor
sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa
persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Peserta didik selalu
melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan
salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan
dan pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang
tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Russel
mengemukakan faktor kedua yang menentukan drop
out adalah faktor demografi dengan melihat karakteristik siswa dari ras,
suku, bahasa, siswa yang berasal dari keluarga miskin, dan yang tinggal dengan
orang tua tunggal, (Russel, 1 - 9). Dalam International
Journal of Education, kebutuhan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi
siswa drop out (2011, 5)
Siswa yang berkemampuan rendah
cenderung tinggi tingkat drop out-nya.
Hal ini dapat dilihat bahwa prestasi rendah yang diperolehnya selama mengikuti
proses pembelajaran secara terus-menerus akan mempengaruhi motivasi siswa untuk
bertahan melanjutkan studinya dengan alasan
bahwa semakin lama mengikuti proses belajar mengajar berarti harus
mengejar materi yang ketinggalan/yang belum dikuasainya atau bahkan malah akan
membuatnya enggan untuk datang ke sekolah karena prestasi yang dicapai tidak
ada perubahan. Seperti yang dikemukakan Russel W. Rumberger bahwa prestasi
akademik yang lemah/rendah adalah prediktor yang kuat terhadap drop out, ( 2011).
B.
Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang permasalahan dapat
diidentifikasi permasalahan yang ada adalah :
1. Masih adanya anak usia Sekolah Dasar (SD) yang
tidak sekolah(putus sekolah) di Kabupaten Merauke.
2. Belum optimalnya penangan dan pencegahan
terhadap siswa drop out di Kabupaten
Merauke.
3. Masih minimnya pengetahuan orang tua siswa
dan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi anak.
C.
Pembatasan
Masalah dan atau Fokus Penelitian
Mengingat luasnya wilayah penelitian dengan melihat keadaan
geografis, dukungan partisipasi masyarakat, kebijakan pemerintah, dan status
sosial ekonomi masyarakat, maka untuk mendapat fokus yang lebih tajam,
permasalahan dibatasi :
1.
Pada lingkup drop out siswa SD Kabupaten Merauke,
2.
Faktor latar belakang keluarga siswa:
(a) pendidikan orang tua, (b) penghasilan orang tua, (c) jumlah orang tua (d)
jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah anak,
3.
Faktor siswa: (a) jenis kelamin, (b)
prestasi akademik, (c) Absensi/Ketidakhadiran
di kelas,
4.
Faktor cara
sampai sekolah: (a) jarak tempuh sekolah dari tempat tinggal,
(b) alat transportasi yang digunakan untuk sekolah,
5.
Faktor tempat tinggal siswa; (a) siswa tinggal dengan orang tua atau
wali/orang lain, (b) lingkungan sekitar tempat tinggal siswa,
6.
Faktor sekolah:
(1) sarana prasarana, (2) jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai
tenaga pengajar di Sekolah Dasar (SD).
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor
apakah yang kuat menyebabkan drop out
siswa SD di kabupaten Merauke?
2. Apakah faktor latar belakang
keluarga siswa (X1) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
3. Apakah faktor siswa (X2) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
4. Apakah faktor cara sampai sekolah (X3)
menyebabkan drop out siswa SD di
Kabupaten Merauke?
5. Apakah faktor tempat tinggal
siswa (X4) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
6. Apakah faktor sekolah (X5) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke?
E.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujun untuk mengetahui:
1. Faktor yang kuat menyebabkan terjadinya drop out pada siswa SD di kabupaten
Merauke.
2. Faktor latar belakang keluarga
siswa (X1) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
3. Faktor siswa (X2) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
4. Faktor cara sampai sekolah (X3) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
5. Faktor tempat tinggal siswa (X4) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
6. Faktor sekolah (X5) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
F.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi.
1.
Pemerintah Kabupaten Merauke dalam hal
ini Dinas Pendidikan dan Pengajaran: dapat dijadikan sebagai bahan informasi
dan dasar untuk melakukan upaya pencegahan terjadinya drop out pada siswa SD di Kabupaten Merauke.
2. Pihak
sekolah: dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk mengatasi dan
mencegah terjadinya drop out pada
siswa SD di Sekolah.
3. Pihak
tenaga pengajar dan pendidik: sebagai bahan masukan dalam memahami karakter
anak didik/peserta didik, sehingga bisa mencegah secara dini terjadinya drop out.
4. Masyarakat
(Orang tua siswa) dan stakeholder lainnya yang konsen terhadap pendidikan: dengan
membaca hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap pentingnya
pendidikan bagi anak sehingga diharapkan tidak terjadi lagi drop out pada anak usia sekolah.
5. Peneliti
lainnya: dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam
penulisan/penelitian berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian
Teori
1. Pengertian drop out.
Pengertian drop out menurut Morrow (1986)
dalam International Journal of Education
(2011, 4):
“A dropout is any student previously enrolled in a
school, who is no longer actively enrolled as indicated by fifteen days of
consecutive unexcused absences, who has not satisfied local standarts for
graduation, and for whom no formal request has been received signifying
enrolment in another state-licensed educational institution. A student death is
not tallied as a dropout.”
Dapat dikatakan bahwa seorang yang
drop-out/putus sekolah adalah siswa yang sebelumnya masuk sekolah (aktif), yang
keaktifannya saat masuk sekolah ditandai 15 hari berturut-turut absen(tidak
masuk tanpa keterangan), yang tidak memenuhi standar kelulusan setempat, dan untuk
siapa yang tidak ada permintaan resmi telah diterima/mendaftar di lembaga
negara lain. Orang yang meninggal dikatakan bukan putus sekolah.
OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development) mendefinisikan drop out
adalah: “A drop out as a student who
leaves a specific level of education system without achieving first
qualification. Menurut UNESCO, “dropping out or early school leaving is
understood as leaving schooleducation without completing the started cycle or
program.”
Pengertian
drop out menurut Russel dalam bukunya....
(belum disalin)
2. Faktor-faktor yang menyebabkan drop out.
Berdasarkan penjelasan dalam BAB I
faktor-faktor yang merujuk pada penyebab
drop out terdapat 5 faktor yaitu: (1)
faktor latar
belakang keluarga siswa terdiri dari: (a) pendidikan orang tua, (b) penghasilan
orang tua, (c) jumlah orang tua (d) jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah
anak, (2) faktor siswa terdiri dari: (a) jenis kelamin, (b) prestasi akademik,
(c) Absensi/Ketidakhadiran di
kelas, (3) faktor cara sampai sekolah terdiri dari: (a) jarak tempuh sekolah
dari tempat tinggal, (b) alat transportasiyang digunakan untuk sekolah,
(4) faktor tempat tinggal siswa; (a) siswa tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain, (b) lingkungan sekitar
tempat tinggal siswa, (5) faktor sekolah: (1) sarana prasarana, (2) jumlah guru
yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai tenaga pengajar di sekolah dasar (SD).
3. Karakteristik siswa Sekolah Dasar.
Pengertian karakteristik siswa Sekolah Dasar
diambil dari buku Perkembangan Anak, John W. Santrock Jilid 1 dan 2, Humans
Developing (a lifespan perspective), Robert Kastenbaum.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun
sampai 12 tahun.
4. Prestasi belajar siswa.
Pengertian prestasi belajar siswa. (diambil
dari buku ....)
B.
Kajian Penelitian
yang Relevan
Dalam International Journal of Education
Develoment oleh Keith M. Lewin dan Angela W. Little dikemukakan bahwa ada
banyak alasan mengapa siswa berhenti untuk pergi ke sekolah (drop out). Alasan yang paling banyak dan
umum adalah faktor kurang sukanya pergi sekolah, biaya, jarak, kehamilan dan
faktor harus mengulang materi yang belum tuntas atau tertinggal. Mereka yang
mengalami putus sekolah mungkin disebabkan oleh prestasi yang rendah,
ketidakhadiran (absensi), sakit dan masalah di rumah menurut Hadley (
2011).
Dalam Journal Issue:
America's High Schools Volume 19 Number 1 Spring 2009 oleh
John
H. Tyler Magnus
Lofstrom pada penelitiannya yang berjudul Finishing High School: Alternative Pathways
and Dropout Recovery dikatakan bahwa:
“Students' family background greatly affects their
educational outcomes and is commonly viewed as the most important predictor of
schooling achievement.33 Among the strongest family domain dropout
predictors are parental education, occupation, and income—in other words,
socioeconomic status.34 Although students who need to take a job to
help out the family are more likely to drop out of school, Stephen Cameron and
James Heckman find that long-run factors associated with parental background
and family environment matter the most for students' schooling progress,
including graduation from high school.35 These long-run factors may
partially reflect parental involvement in school and the greater human capital
investment in children's education in relatively well-to-do families.36
Family stability, reflected in both family structure and school mobility, has
also been linked to quitting school.37 Potentially important, but
less well-researched, are the roles played by family preferences, and
attitudes, and how well families are informed about the importance of education
in modern society.”
Dari pernyataan tersebut latar belakang keluarga siswa sangat
berpengaruh terhadap prestasi sekolah siswa dimana faktor yang paling kuat
mempengaruhi drop out adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua, pendapatan atau penghasilan orang tua.
Juga dikatakan:
“Out-of-school work also affects the probability of
dropping out. Several studies find that students who work while in school are
more likely to drop out.30 A closer look reveals, however, that
working a few hours a week has no negative effect and may even have a positive
effect on graduating.31 The negative effect appears with intensive
work involvement— more than twenty hours a week—and with certain types of jobs.32
The effects also vary by gender, race, and ethnicity. Clearly some students who
work do not do so voluntarily but as a result of a family situation.”
Bahwa bekerja diluar waktu sekolah mempengaruhi drop out. Beberapa penelitian menemukan bahwa siswa yang sekolah
sambil bekerja lebih dari 24 jam seminggu dan pada jenis pekerjaan tertentu
mempunyai kemungkinan tinggi untuk drop
out.
C.
Kerangka
Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, rumusan masalah
dan beberapa kajian penelitian yang relevan, kerangka berpikir dalam penelitian
ini adalah drop out siswa SD di
Kabupaten merauke mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. X1 faktor latar belakang
keluarga siswa :
a.
Pendidikan orang tua,
b.
Penghasilan orang tua,
c.
Jumlah orang tua,
d.
Jumlah tanggungan dalam keluarga/jumlah
anak,
2. X2 faktor siswa :
a.
Jenis kelamin,
b.
Prestasi akademik,
c.
Absensi/Ketidakhadiran
di kelas.
3. X3 faktor cara sampai sekolah :
a. Jarak tempuh sekolah dari tempat tinggal,
b. Alat
transportasiyang digunakan untuk sekolah.
4. X4
faktor tempat tinggal siswa :
a.
Siswa tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain,
b.
Lingkungan
sekitar tempat tinggal siswa.
5. X5 faktor sekolah :
a. Sarana prasarana,
b. Jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi
sebagai tenaga pengajar di sekolah dasar (SD).
Dan
dari ke 5 faktor tersebut kemudian di analisis faktor mana yang paling kuat
meyebabkan terjadinya drop out siswa
SD di Kabupaten Merauke.
D.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
Hipotesi 1:
H0 : Faktor faktor latar
belakang keluarga siswa (X1) tidak
menyebabkan drop out siswa SD di
Kabupaten Merauke.
H1 : Faktor faktor latar
belakang keluarga siswa (X1)
menyebabkan drop out siswa SD di
Kabupaten Merauke.
Hipotesi 2:
H0 : Faktor faktor
siswa (X2) tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H2
: Faktor faktor siswa (X2) menyebabkan drop
out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi 3 :
H0 : Faktor faktor cara sampai
sekolah (X3) tidak menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
H3
: Faktor faktor cara sampai sekolah (X3) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi 4 :
H0 : Faktor faktor
tempat tinggal siswa (X4) tidak
menyebabkan drop out siswa SD di
Kabupaten Merauke.
H4
: Faktor faktor tempat tinggal siswa (X4) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
Hipotesi
5 :
H0 : Faktor faktor sekolah (X5)
tidak menyebabkan drop out siswa SD
di Kabupaten Merauke.
H5
: Faktor faktor sekolah (X5) menyebabkan drop out siswa SD di Kabupaten Merauke.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
dan Desain Penelitian
Berdasarkan judul
penelitian, latar belakang permasalahan, jenis penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode ex
post facto. Penelitian ini termasuk
dalam penelitian ex post facto,
karena mengkaji variabel bebas yang telah terjadi sebelumnya dalam hal ini
peneliti tidak mengkontrol variabel bebas, peneliti tidak memberikan perlakuan
apapun.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan di SD-SD di Kabupaten Merauke. Waktu penelitian akan dilaksanakan
pada bulan Pebruari 2013.
C.
Populasi
dan Sampel Penelitian
Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa drop
out SD di Kabupaten Merauke, sedangkan sampel dari penelitian ini akan
diambil siswa-siswa drop out di SD
yang mempunyai jumlah siswa drop out
yang tinggi, dimana sekolah-sekolahnya dipilih mewakili SD-SD Negeri, SD-SD
yang dikelola Yayasan. Dalam hal ini di Kabupaten Merauke ada 3 Yayasan yang
bekerjasama mengelola lembaga pendidikan yaitu: Yayasan Pendidikan dan
Persekolahan Katolik (YPPK), Yayasan Pendidikan Kristen (YPK), dan Yayasan Sekolah
Islam yaitu Yayasan Muhamadiyah.
D.
Variabel
Penelitian
Berdasarkan
penjelasan dari Bab I, variabel dalam penelitian ini terdiri atas 5 variabel
yaitu variabel X1 Faktor latar belakang keluarga siswa, X2 faktor siswa, X3 faktor cara sampai sekolah, X4 faktor
tempat tinggal sisw, X5 faktor
sekolah.
Data atau informasi
mengenai ke 5 variabel tersebut diambil dari data siswa drop out di SD yang jumlah siswa drop out-nya banyak di wilayah Kabupaten Merauke yang telah dipilih
menjadi sampel penelitian yang juga mewakili SD Negeri dan SD yang dikelola
Yayasan .
E.
Teknik
dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut dilakukan dengan cara
mendatangi seluruh SD yang telah dipilih sebagai sample, yang kegiatan sebelumnya
diawali dengan melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Kabupaten Merauke, kemudian menyampaikan maksud, tujuan penelitian
beserta izin penelitian dan meminta surat rekomendasi ke SD-SD untuk
pengambilan data-data.
Instrumen
pengumpulan data; data dalam penelitian ini secara garis besar bersifat
sekunder yang didapat dari data administrasi SD-SD di Kabupaten Merauke, data
sekunder ini adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari responden.
Data yang bersifat sekunder antara lain: pendidikan orang tua siswa drop out, penghasilan orang tua siswa drop out, jumlah orang tua siswa drop out, jumlah tanggungan/jumlah anak
dalam keluarga siswa drop out, jenis kelamin siswa drop out, prestasi akademik siswa drop out, Absensi/Ketidakhadiran siswa drop out di kelas, jarak
tempuh sekolah dari tempat tinggal siswa drop out, alat transportasi yang digunakan siswa drop out untuk sekolah, siswa drop out tinggal dengan orang tua atau wali/orang lain, lingkungan
sekitar tempat tinggal siswa drop
out, sarana prasarana
sekolah, jumlah guru yang memenuhi syarat kualifikasi sebagai tenaga pengajar
di sekolah dasar (SD) tempat siswa drop
out terdaftar sebagai peserta didik.
F.
Validitas
dan Reliabilitas Instrumen
Validitas konstruk,
secara empirik diperoleh dengan menggunakan analisis faktor (factor analysis). Analisis ini
dimaksudkan untuk menentukan jumlah variabel latent atau faktor yang mendasari
suatu set butir-butir, menafsirkan variasi butir-butir dengan faktornya, dan
mendefinisikan subsatansi atau arti dari faktor serta menemukan variabel yang
mendukung faktor yang dihasilkan. Dari hasil analisis akan diperoleh
butir-butir yang valid dan yang gugur, butir-butir yang gugur dibuang atau
diperbaiki.
Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah
validitas konstruk karena instrumen penelitian yang digunakan berbentuk non
tes. Faktor-faktor yang masuk dalam instrumen penelitian ini adalah
faktor-faktor yang diambil dari teori-teori yang digunakan.
G.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis
instrumen dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor, dan analisis data
menggunakan regresi.
Teknik analisis
instrumen menggunakan analisis faktor dengan bantuan komputer program SPSS 19.
Untuk analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan setelah ditentukan
variabel-variabel yang akan dianalisis. Dalam analisis faktor menghendaki bahwa
matrix data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis
faktor. Jika berdasarkan data visual tidak ada nilai korelasi yang diatas 0.3,
maka analisis faktor tidak bisa dilakukan.
Tahap
perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Uji KMO (The Kaiser Myer-olkin)
Syarat uji KMO dilanjutkan ke analisis faktor jika hasil uji KMO di atas
0.50. Jika hasil uji KMO kurang dari 0.50 maka harus dilihat anti image
matrixnya untuk menentukan variabel mana saja yang harus dibuang atau
dikeluarkan agar dapat dilakukan analisis faktor.
2. Analisis faktor (factor analysis)
Dari hasil uji KMO, jika sudah memenuhi
syarat langsung dilakukan analisis faktor. Kemudian dari hasil uji KMO langsung
yang menunjukkan nilainya diatas 0.50 dan atau hasil dari proses mengeluarkan
variabel yang memiliki nilai korelasi terkecil akan didapatkan hasil ekstraksi
komputer menjadi (...) faktor (dilihat dari nilai eigen value > 1 menjadi
faktor). Akan terlihat faktor yang eigen valuenya > 1 mampu menjelaskan
(...)% variasi.
3. Rotasi faktor (Factor Rotation)
Alat terpenting untuk intepretasi terhadap
faktor adalah rotasi faktor. Dimana tujuan rotasi faktor ini untuk memperjelas
variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi yaitu:
(Imam Ghozali, 2001)
a.) Rotasi orthogonal
Rotasi orthogonal yaitu memutar
sumbu 900. Rotasi jenis ini cocok dipakai untuk tujuan penelitian
yang ingin mengurangi jumlah variabel asli (awal).
b.) Rotasi Oblique
Rotasi Oblique yaitu memutar sumbu kekanan tetapi tidak harus 900.
Jika tujuan penelitian ingin mendapatkan faktor atau konstruk yang sesuai
dengan teori, maka rotasi yang dipilih
sebaiknya adalah Rotasi Oblique.
Dalam
pemilihan jenis rotasi tidak ada aturan khusus. Pemilihan metode rotasi
didasarkan pada kebutuhan khusus masalah penelitian.
Dengan
melihat component matrix dan varimatrix rotated component matrix akan
terlihat jelas variabel-variabel apa saja yang mengelompok menjadi satu.
Kemudian variabel-variabel yang mengelompok menjadi satu faktor dapat diberi
nama dengan variabel baru. Untuk pemberian nama baru untuk masing-
masing
faktor bersifat subyektif. Kadang-kadang variabel yang memiliki yang memiliki
nilai factor loading tertinggi
diggunakan untuk memberi nama faktor.
DAFTAR PUSTAKA
Argyris Kyridis, Eleni Tsakiridou,
Christos Zagkos, et al. (2011) Educational Inequalitiesand School Dropout in
Greece. International Journal of
Education, 3, 1-15.
Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
nasional.
Economic challenger. (28 Oktober 2010). An
Analysis of Drop Out Rates of School Children in Punjab. Ajmer India.
Kastenbaum R. (1978) Humans Developing. Boston. Allyn and
Bacon, Inc.
Kompas.com http://edukasi.kompas.com/read/2011/08/04/20353228/Ribuan.
Anak.di. Merauke.Tak.Bersekolah.
Lewin
Keith M. & Little Angela W. (2011)Acess to education revisited: Equity,
drop out and transitions to secondary shool in South Asia and Sub-Saharan
Africa, International Journal of
Education Development: 31,333
Lofstrom
J. H. Tyler Magnus (2009) Finishing High School: Alternative Pathways and Dropout
Recovery, Journal Issue: America's High Schools, 1.
Rumberger Russell W. (2011). Dropping Out (Why students drop out of high school and what can be done
about it). Cambridge:
Harvard University Press.
Santrock J.W.
(2007) Child Development. Dallas.
University of Texas.
Seifert K.L.
& Hoffnung R.J. (1987) Child and
Adolescent Development. Boston. Houghton Mifflin Company.
Syed Wajid Ali
Shah, Syed Muhammad Amir, Dr.Sajjad Hayat Akhtar, et al. (2011). The Impact of
Multiple Factors on Dropout Trend in Government Primary Schools in District
Mardan, Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, 3, 893-900.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar